Selasa, 17 September 2013

Brain Storming

Kadang seseorang memang punya pikiran rumit sendiri dalam benaknya. Mencoba menyelesaikan masalah dengan logika-logikanya sendiri tapi menemui pertanyaan lain yang sama masuk akalnya tapi sayangnya bertentangan dengan apa yang sebelumnya telah diyakini. Susah memang jika sudah memiliki pikiran kompleks seperti itu. Disaat sudah merasa menemukan jawaban terbaik atas hal-hal yang semrawut diotak tapi tiba-tiba sisi otak yang lain tertuju pada sebuah penyangkalan logis yang tidak bisa ditampik. Pada saat itulah kadang rasa frustasi berlebihan datang. Mungkin bagi sebagian orang memiliki kecenderungan pemikiran kompleks seperti itu dianggap terlalu berlebihan. Tapi mereka tahu apa ? mengatakan jika pikiran kita terlalu dibuat rumit ? Atau membuat asumsi jika kita terlalu berlebihan ? Mungkin bagi sebagian orang ya, tapi bagi diri pribadi yang terbiasa memikirkan secara umum tanpa terpaku pada sudut pandang satu arah. memiliki pertanyaan setelah jawaban dan begitu seterusnya bukanlah hal yang berlebihan. Mungkin itulah yang menyebabkan sesorang mengalami tekanan batin dan stress yang berat jika tak segera di keluarkan apapun itu yang menjadi pengganjal dalam pemikiran.

-c-
Dulu waktu masih sekolah menengah atas, saya sering terkena penyakit flu. Mungkin akan terdengar biasa kalau saja hanya flu yang sekedar flu. Bukannya flu yang akan sembuh sendirinya setelah dua bulan betah singgah di lubang hidung saya. Hanya sekedar flu tanpa pelengkapnya, seperti pusing, panas, ataupun batuk. Mungkin diawalnya iya, tapi hanya paling lama seminggu dan setelah itu hilang dan hanya membekaskan flu sampai waktu yang lumayan lama. Baru sekitar setahun lalu, mungkin, saya mengetahui jika flu yang berkepanjangan itu bisa menjadi salah satu indikasi dari stress. Wow... Saya tak pernah berpikir sampai sejauh itu sebelumnya.
Saya selalu merasa jika kehidupan remaja sekolah menengah atas saya baik-baik saja. Saya kira, saya bergaul dengan cukup baik, memiliki teman yang baik, menjalin persahabatan yang baik, serta relasi dengan guru juga tidak buruk. Saya masih mendapat peringkat atas di kelas, meskipun saya memang cenderung lebih tertutup daripada teman-teman saya yang lain.
Berbicara mengenai masalah pribadi atau berkaitan dengan masa-masa abege yang penuh dengan lovey dovey. No ! Saya bukan tipe orang yang akan dengan mudah bercerita masalah yang sentimentil buat saya. Mungkin beberapa kali saya seperti terbuka dan menceritakan sesuatu. Tapi itu bukanlah hal yang benar-benar mengganggu pikiran saya. Karena saya selalu percaya jika, semakin sedikit orang yang mengetahui akan suatu hal, maka masalah yang mungkin akan ditimbulkan juga lebih sedikit. Mungkin itu alasan kenapa saya lebih memilih menyimpan segala sesuatunya sendiri. Jujur, saya tidak punya teman curhat seperti yang remaja-remaja lain miliki. Pernah sekali saya meledak akan masalah pribadi yang tidak pantas untuk menjadi konsumsi umum. Tapi setelah itu, sudah. Saya tidak merasa hal lain yang sering disebut orang lain ketenangan setelah bercerita. Tapi saya malah mendapat kekhawatiran akan hal yang mungkin terjadi setelah saya speak up. Dan itu terjadi sampai sekarang. Saya lebih suka menyimpan segala sesuatunya sendiri dalam otak.
Kalau ada yang bilang seseorang itu simpel. Nah, tak pernah ada hal yang benar-benar simpel. Termasuk saya, saya orang yang sangat tidak simpel. Kadang sama sekali tak peduli dengan sesuatu tapi di waktu bebarengan saya selalu menyesal atas sebuah tindakan di masa lalu.
Saya juga selalu mengatakan jika saya terlalu sering menggunakan logika, well, mungkin saya salah, atau mungkin benar ? Atau mungkin saya yang salah dalam penerapannya. Sesuatu yang seharusnya lebih mengedepankan perasaan saya tumpang tindihkan dengan penggunaan logika yang berlebih dan sebaliknya.

-c-

Saya tidak terlalu yakin, tapi mungkin karena berbagai kondisi yang terlalu sering berputar di kepala. Membuat syaraf-syarafnya membuat berbagai pertanyaan yang hadir terlalu cepat bahkan saat jawaban yang hadir dari pertanyaan sebelumnya membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Kemampuan menganalisis, memahami sesuatu, dan membaca situasi. memiliki sense yang terlalu tajam akan suatu hal dan memikirkan hal yang sebenarnya tak harus dipikirkan secara matang. Tapi kebiasaan menganalisis dan berpikir untuk menelaah tiap kata-kata memang tak bisa ditipu.
Sering saya kagum dengan penulis-penulis cerita fiksi yang bisa membuat pertanyaan, jawaban, serta sanggahan yang berasal dari satu kepala dan dituangkan pada banyak karakter fiksi yang diciptakan. Membuat sebuah permasalahan kompleks akan sesuatu lalu diberikan sebuah jawaban dari figur lain dengan logis dan penggunaan bahasa untuk masyarakat awam, lalu memberikan dua atau lebih sanggahan berbeda dengan kalimat intelek dari figur yang berbeda lagi. Ini seperti gambaran jika memang dalam satu kepala manusia yang kompleks dan penuh dengan banyak hal yang coba dituangkan dalam bentuk tulisan yang meskipun tidak rapih tapi terlihat sedikit teratur. dan yah, tak bisa dipungkiri kalaupun sudah membuat sedert pertanyaan, jawaban, sanggahan, jawaban, sampai pada pertanyaan lagi. Tetap saja, otak sendiri tak akan pernah berhenti memberikan tanggapan-tanggapan lain yang secara pribadi diangggap lebih logis.
Penulis favorit saya, melalui karakter fiksinya berkata jika kurang lebih seperti ini, Diary tak lebih dari tong sampah yang indah. Karena dia hanya bisa menerima dengan sukarela apa saja yang akan aku tuangkan. Berbeda dengan teman, kalian bisa mendengarku, memberiku saran, atau hanya sekedar dukungan jika tak ada hal lain yang bisa kalian lakukan. Tapi kalian, sahabat lebih berharga daripada itu. Jujur, saya sempat iri, hanya sepersekian detik setelahnya sudah. Apa mungkin saya benar-benar sudah terlalu apatis dan mati rasa akan banyak hal ? Atau saya iri karena dalam tulisan tentang keadaan terburuk sekalipun pasti akan ada akhir yang bahagia ? Entahlah, saya tidak benar-benar memikirkannya. Atau malah sesekali lolos dari bermacam pertanyaan yang masih tumpah tindih di kepala saya. 
Saya tidak menemukan kolerasi dari kalimat sebelumnya yang saya tulis dengan kutipan itu. Saya hanya teringat dan berniat menulisnya. Terlihat sesederhana itu, tapi tidak. Ada banyak hal yang terdapat dibelakangnya.
-c- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar