Kamis, 15 November 2012

ABOUT //drabble!EunHae

“Kau benar-benar gila” lontar salah satu namja dari beberapa namja yang tengah berkumpul disebuah ruang yang hanya tersedia dua sofa panjang dan dua sofa single serta beberapa tab yang tergeletak sembarang diatas meja persegi.

“Diam dan jangan memperkeruh suasana, Kyuhyun-ah” sergah sosok lain –Ryeowook.

“Siapa yang memperkeruh ? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya” timpal namja itu lagi --Kyuhyun

“Kalian berdua diamlah, atau keluar saja jika perlu” balas namja lainnya tegas –Kangin.

Sejenak suasana kembali hening hanya memperdengarkan suara detak jam serta helaan napas dari masing-masing manusia yang memenuhi ruangan.

“Mereka bahkan tak mengeluarkan pernyataan resmi, entah apa yang mereka pikirkan” ujar sosok yang terlihat paling frustasi diruangan itu.

“Tenanglah HyukJae-ya... Semuanya akan membaik dengan sendirinya” ujar salah seorang namja yang duduk tepat disebelah HyukJae.

“Ne Sungmin hyung, aku tahu...” balas HyukJae dengan nada yang tak beda jauh dari sebelumnya, lirih dan sedikit terdengar nada frustasi didalamnya.

“Aku merindukan Leeteuk hyung...” ujar Kyuhyun lagi.


“Apa kalian melihat dimana Hae ?” ujar Hyukjae tiba-tiba.

Sontak seluruh pasang mata –kecuali Hyukjae dalam ruangan itu saling tatap saru sama lain sebelum sama-sama menghembuskan napas berat.

“Setelah pulang dari kantor, Hae langsung tidur dikamarnya. Dia bilang merasa tidak sehat dan lebih memilih untuk tidur lebih dulu” terang Sungmin.“Tak perlu kau pikirkan, semenjak ditinggal Leeteuk hyung dia memang seperti itu kan ? Apalagi ditambah insiden Zhenjiang beberapa waktu lalu. Benar-benar menguras emosinya” kembali, Sungmin bercerita tentang keadaan salah satu dongsaengnya. Bohong memang jika Sungmin berkata untuk tak terlalu memikirkan tentang Donghae, jika pada kenyataannya Sungmin benar-benar merasa lebih khawatir akan keadaan Donghae. Tak hanya Sungmin tapi seluruh namja diruangan itu, entahlah Hyukjae kembali dalam pengecualian atau tidak.

“Sepertinya aku harus menyusul anak itu” ujar Hyukjae yang lebih seperti berbicara pada dirinya sendiri. Bahkan tanpa menunggu jawaban saudaranya yang lain, sosok itu dengan cepat beringsut dari duduknya untuk mencapai knop pintu dan segala beranjak kearah lift.

.

“Aku memang tak sebaik Jungsoo hyung tapi bagaimanapun juga dia telah menitipkanmu padaku. Kau benar-benar hanya ingin tidur saja ?” ucap Yesung lirih. Berdiri di tengah ruang kamar dan memperhatikan seseorang yang bergelung dalam selimutnya.

“Kau tenang saja, setelah tidur aku akan kembali seperti semula.” Balas sosok dalam selimut itu lirih. “Gomawo hyung sudah mau menjagaku. Tapi sungguh aku tak apa, kau tak perlu terlalu khawatir begitu” tambah sosok itu lagi.

“Donghae-ya... pantas saja Jungsoo hyung paling mengkhawatirkanmu. Baiklah jika itu maumu. Aku akan turun kebawah. Kau segera hubungi aku jika membutuhkan sesuatu.” Ujar Yesung lagi sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu. Menyisakan sosok Donghae yang masih bergelung dalam selimutnya.

“Kenapa kau benar-benar berfikir aku memintamu pergi meninggalkanku hyung... kau memang tak seperti Leeteuk hyung. Kau sama saja seperti orang itu sekarang.” Lirih Hae sepeninggal Yesung dari kamar miliknya. Bahkan kini sosok yang tak lagi remaja itu terlihat meneteskan air mata, entahlah sudah berapa kali ia menangis dalam kurun waktu kurang dari 24 jam ini.

Tok tok tok

“Boleh aku masuk ?” terdengar ketukan yang diikuti sebuah suara. Tak perlu bertanya siapa pemilik suara itu, Donghae sudah hapal dan yakin siapa sosok yang berada dibalik pintu berwarna coklat itu.

Donghae tak menjawab dan malah sibuk dengan airmatanya yang seolah tak mau mengerti akan ego sang pemilik mata dan malah tak henti-hentinya mengeluarkan derai yang makin membanjir.

Tak mendengar jawaban dari dalam, perlahan daun pintu yang semula angkuh terdiam kini tergerak perlahan, memperlihatkan pemandangan sebuah gulungan besar di atas satu-satunya ranjang dalam ruangan itu.

“Apa kau benar-benar sakit ?” tanya sosok itu –HyukJae.

Hening. Masih tak ada jawaban dari Donghae. HyukJae hanya menghembuskan napasnya berat sebelum memutuskan untuk melangkah mendekati ranjang single tempat dimana sebuah tubuh terlilit selimut itu bergelung.

“Donghae-ya... Kau tak menghawatirkan keadaanku ? Atau justru harus aku yang mengkhawatirkan keadaanmu saat ini ?” lirih HyukJae. Namja itu tetap saja berbicara, walaupun dia tahu dan mengerti jika ini hanya akan menjadi sebuah pembicaraan sepihak tanpa ada balasan dari sosok yang bergelung membelakangi tubuhnya. Tapi, setidaknya HyukJae tahu jika Donghae mendengarkan setiap kata yang terucap dari bibirnya.

“Baiklah. Aku mengerti jika semua ini memang bermula karena kesalahanku sendiri. Aku pantas menerima semua ini. Tapi, kumohon jangan bersikap seperti ini. Kau tahu... bahkan kau sangat tahu jika aku paling membutuhkan dukungan darimu saat ini.” Tak terasa, kini HyukJaepun mulai melelehkan derai-derai air mata dari pelupuk mata kecilnya. Bahkan sosok itu kini telah terduduk lemas di atas lantai dengan sesekali terdengar isakan tertahan dari sosok itu.

Donghae ingin berbalik, bahkan sangat ingin tapi entahlah—seperti ada sesuatu yang menahan tubuhnya agar tetap diam ditempat. Meskipun airmatanya mengalir lebih deras dari sebelumnya saat mendengar isakan tertahan dari sosok dibelakangnya.

Cukup lama kedua sosok itu terdiam, sesekali isakan masih terdengar dari mulut HyukJae yang kini tengah menyandarkan tubuhnya tepat di depan daun pintu dalam kamar Donghae yang masih tertutup sempurna. Sedangkan sosok Donghae masih bertahan dengan posisi awalnya, meskipun sesekali terlihat pergerakan yang tertangkap bola mata HyukJae. Tapi tetap saja, namja itu masih betah mengacuhkan HyukJae dan sama sekali tak berniat membalas ucapan HyukJae atau hanya sekedar menatap HyukJae atau mungkin hanya memastikan bagaimana keadaan namja dibelakangnyapun tidak. Ada apa denganmu Lee Donghae ?

.

(saya benar-benar berpikir untuk menyudahi cerita spontan ini sampai disini karena kemudian saya berpikir, sebenarnya apa masalah pokok dari cast utamanya pun saya tak begitu memahami. Saya hanya dirundung kegalauan karena saya tak mendapat kabar tentang Donghae... dan juga gara-gara saya ngebayangin ekspresi HyukJae yang mencoba tersenyum tapi u-kow-lah, cekek hodong ama boom)

.

“Apa benar tidak apa-apa membiarkan mereka seperti itu ?” lirih Sungmin.

“Kau tenang saja Sungmin-ah, tak perlu khawatir seperti itu. Meskipun aku yakin jika mereka hanya akan menangis dan tak saling banyak bicara. Tapi mungkin saja besok semua akan kembali seperti semula. Seperti biasanya bukan ?” terang Yesung.

“Tapi kali ini aku tak begitu yakin hyung” timpal Kyuhyun. Seperti saat ditinggal HyukJae beberapa waktu lalu. Kini beberapa namja ditambah dengan kehadiran Yesung beberapa waktu lalu itu kembali dalam keheningan. Memang sosok HyukJae yang menjadi bintang sudah melenyapkan diri menuju lantai atas. Tapi tetap saja mereka masih merasa canggung membicarakan saudara mereka sendiri.

“Kenapa kau berpikir seperti itu ?” tanya Kangin yang sedari tadi diam mengamati.

“Entahlah—tak ada Leeteuk hyung yang bisa membujuknya dan menenangkannya dan juga sepertinya emosi Donghae-ssi benar-benar buruk saat ini. Apalagi, EunHyuk-ssi mendapat tuah dari keisengannya beberapa waktu lalu. Donghae-ssi pasti benar-benar kecewa sekarang” terang Kyuhyun.

Lagi—suasana dalam ruangan itu kembali hening, sepertinya semua namja dalam ruangan itu berusaha mencerna pernyataan Kyuhyun yang masuk akal tadi.

“Aku tak tahan lagi... Aku ingin menemui mereka berdua” gusar Shindong, namja itu kini menatap manik Yesung seolah meminta persetujuan dari hyung tertuanya itu.
“Bersabarlah sebentar lagi. Mereka tak akan berakhir dengan saling membunuh” balas Yesung dengan nada yang terkesan –santai?.

“Mereka memang tak akan saling membunuh. Tapi aku yakin mereka akan terbunuh sendiri karena kebanyakan menangis” terang Ryeowook spontan. Sontak suasana yang tegang itu kini sedikit dipenuhi dengan beberapa kekehan yang terdengar dari beberapa namja dalam ruangan itu.

.

“Donghae-ya... Donghae-ya...” berkali-kali Hyukjae melafalkan nama itu berulang kali. Tapi selama itu pula sosok pemilik nama itu masih betah dalam posisi memunggunginya.

“Donghae-ya... apa kau tak lelah bertahan dalam posisi seperti itu terus-terusan ? Berbaliklah sekali saja menghadapku” lirih HyukJae lagi dan lagi.

“Keluarlah”

HyukJae sedikit kaget saat mendengar sosok didepannya itu bersuara. Meskipun bukan kata yang mengenakkan tapi tak masalah buat HyukJae karena baginya yang terpenting adalah Donghae sudah tak mendiamkannya seperti beberapa waktu yang lalu.

“Aku tak akan keluar atau kemanapun. Aku akan disini menemanimu sampai pagi” balas HyukJae tegas.

“Keluarlah bodoh... Aku sedang tak ingin melihat wajah jelekmu itu” sarkas Donghae. Kini sosok itu tak lagi bergelung dalam selimutnya. Sosok itu kini terduduk sambil menatap tajam manik HyukJae. Donghae tersengal dengan napas yang memburu. Tak dapat dipungkiri, bertahan pada posisi tidur, bergelung dan menyamping tak hanya membuat tubuhnya pegal. Akan tetapi, rasa pening kinipun menyerang kepalanya.

“Kau benar-benar terlihat sedang tidak sehat. Wajahmu sangat pucat Donghae-ya” lirih HyukJae yang mulai beranjak daari duduknya. Melangkah dengan sedikit limbung saat dirasa pening juga menyerang kepalanya. Efek menangis dengan seluruh daya kekuatan benar-benar menakjubkan.

“Pergi kau, tak usah memperdulikanku” ujar Donghae lagi.

Bukannya terhenti, kini langkah HyukJae semakin mantap menuju kearah bed Donghae.

“Leeteuk hyung menyuruhku untuk selalu menemanimu dan aku akan menepatinya” lirih HyukJae.”Lagipula, aku juga belum mendapatkan maaf darimu. Aku meminta maaf atas kebodohanku. Aku benar-benar meminta maaf. Sunnguh, maafkan aku, kau boleh memukulku atau membunuhku sekalian. Tapi kumohon, jangan mendiamkanku, jangan mengacuhkanku, jangan menjauhiku. Dan—dan aku—ak-aku tak ingin kau berakhir dengan membenciku. Aku tak perduli jika yang lain membenciku. Tapi aku perduli jika itu kau.Kumohon maafkan aku” cerca HyukJae lagi, airmata yang telah mengering beberapa waktu lalu kini mengalir kembali, bahkan lebih deras dari sebelumnya.

Donghae masih tak bergeming, terdiam diatas bednya dan menatap kosong kearah HyukJae yang masih menangis tersedu. Tak perlu menunngu lama, kini sosok namja tegap itu turun dari bednya dengan tergesa dan berganti memeluk tubuh HyukJae yang bergetar menahan luapan emosi yang lebih besar.

“Kau memang bodoh dalam segala hal. Bagaimana bisa kau mengira aku akan membencimu. Bagaimana bisa aku membencimu. Bagaimana bisa ? Sedangkal itukah pemikiranmu tentangku ?” racau Donghae disela-sela tangisannya.

“Kau memaafkanku ?” harap HyukJae.

“Entahlah... “ balas Donghae sambil melepaskan pelukannya pada tubuh HyukJae.

HyukJae kembali menghembuskan napasnya berat dan mencoba menangkap manik mata Donghae. “Aku tahu... mungkin tidak sekarang. Tapi kau harus tahu kalau semua yang sedang terjadi ini...”

“Sudahlah, aku tahu... Aku hanya terlalu emosi. Pergilah ke kamarmu. Biarkan aku istirahat” terang Donghae.

“Aku sudah bilang jika aku akan menemanimu sampai pagi disini Lee Donghae-ssi” jelas HyukJae sambil memaksakan sebuah senyum tersungging dibibirnya.

“Terserah kau saja” balas Donghae sambil berlalu meninggalkan HyukJae untuk kembali merebahkan dirinya diatas bed miliknya. Donghae membalas tatapan HyukJae sekilas, sebelum mengatur tubuhnya pada posisi menyamping.

HyukJae yang melihat itu segera tersenyum dan dengan gerakan beberapa langkah sosoknya kini telah sampai tepat disamping bed milik Donghae. Menatap sosok itu sebentar sebelum memutuskan untuk ikut berbaring disebelah Donghae. “Aku akan menemanimu samapi kau terbangun nanti” lirih HyukJae tanpa diketahuinya jika sosok disamping tubuhnya kini tampak sedikit menyunggingkan senyumnya. Setidaknya Donghae tak akan melewati malam dengan emosi buruk disaat seperti ini sendirian.


END
a/n : Terserah berimajinasi apapun masalah sebenarnya. Yang jelas saya tak tahu, HyukJaepun tak tahu. I know it’s really bad. But i just made it by myself. I just wrote what I thought. No Copast, please...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar