Kamis, 10 April 2014

Winter's Love



Jika hampir semua orang mengatakan masa high school adalah masa yang paling indah dan menyenangkan. 
Hal itu sama sekali tak berlaku untuk Toma Matsuda, pemudia berusia tujuh belas tahun itu memiliki masa-masa high yang nyaris hancur berantakan. Bukan karena pergaulan bebas, tawuran, narkoba ataupun hal-hal negatif lainnya. Toma termasuk murid yang aktif di sekolah, banyak klub-klub yang diikutinya, bahkan Toma menjadi kapten team sepak bola dan juga ketua klub penggemar AKB48 di sekolahnya.

Toma bukannya termasuk golongan kuper, tapi Toma memiliki nasib seperti pemuda-pemuda suram seusianya. Selalu diam di kamarnya saat malam minggu dan itu adalah aib terbesar yang dimilki Toma Matsuda. Dia belum punya pacar dan belum pernah pacaran. Karena itulah Toma selalu menjadi bulan-bulanan temannya. Bahkan ada gosip yang menyebutkan jika Toma sudah ditakdirkan menjadi lajang seumur hidup.

Seperti sekarang, saat seluruh teman-temannya sedang berkencan, Toma malah asik di depan komputernya dan melakukan update setiap saat di blog pribadinya, apalagi jika bukan tentang idol grup favoritnya AKB48.

“Toma, ada yang mencarimu.” Suara teriakan ibu Toma terdengar sangat keras dari lantai bawah.

“Iya.” Balas Toma tak kalah keras.

Toma berlari menuruni tangga dan langsung melangkah ke arah luar rumah. Di teras depan Toma melihat seorang perempuan tengah duduk sambil memeluk merapatkan jaket yang dipakainya.

“Miyuki-chan?”

Gadis dengan rambut lurus dan poni yang yang tersusun rapi di dahinya itu tersenyum saat Toma telah duduk di sebelahnya. “Toma-kun.”

“Ada apa mencariku? Kau mau memberikan jadwal latihan sepak bola?”

Miyuki cepat cepat menggelengkan kepalanya berkali-kali, Miyuki adalah manager team sepak bola di sekolah Toma. Kadang Toma sendiri masih tak yakin jika Miyuki, gadis manis dan lembut itu mengajukan diri menjadi manager team sepak bola. Mungkin saja Miyuki menyukai salah satu pemain di team? Tapi siapa? Tidak mungkin jika aku, pikir Toma. Mungkin saja Ryeosuke, bukankah Ryeosuke adalah pemain paling tampan di team sepak bola? Ya, tentu saja. Pasti Miyuki menyukai Ryeosuke tapi sayang sekali saat ini Ryeosuke sedang berkencan dengan Hanami, pasti saat ini Miyuki sedang patah hati.

“Toma kun mendengarku?”

“Ah, maaf, kau bilang apa tadi? Hari ini dingin sekali.”

“Aku tadi bertanya apakah Toma-kun mau menemani Miyuki menonton konser?”

Toma segera melihat kearah Miyuki kaget. Kini gadis itu sedang menundukkan wajahnya dalam-dalam tak berani menatap langsung pada wajah Toma.

“Konser apa Miyuki-chan?”

“Konser band-nya Ryeosuke-kun. Toma-kun mau menemaniku?” Toma langsung mengalihkan wajahnya ke arah yang berlawan dengan tempat Miyuki duduk. Baru saja Toma mengira jika Miyuki menyukainya tapi ternyata Miyuki hanya menginginkan Toma menemaninya menonton konser band-nya Ryeosuke. Bahkan Toma tak tahu jika Ryeosuke adalah seorang artis.

“Baiklah, tunggu sebentar di sini.”

Miyuki mengangguk semangat sebagai jawaban. Sepertinya gadis itu senang sekali. Sudah menjadi nasibmu Toma, sebagai pendamping pengantin wanita menuju pengantin prianya.

*****

“Aku benar-benar tak menyangka jika Ryeosuke adalah artis.”

Toma masih terpesona dengan kumpulan remaja seusianya yang memenuhi aula kecil sebuah gedung. Dilihat dari ujung matanya, Miyuki terlihat kesulitan melewati kumpulan gadis-gadis remaja yang dengan beringas menerobos pintu masuk setelah menunjukkan tiket. Mau tak mau sebagai laki-laki sejati Toma langsung menggenggam erat tangan Miyuki dan mendekatkan tubuh mereka, hanya untuk berjaga saja, siapa tahu Miyuki tiba-tiba terdorong oleh orang-orang tadi.

“Maaf Miyuki-chan.” Miyuki hanya mengangguk sambil menunduk dan mendekap kedua tangannya di depan dada saat dirinya beserta Toma sudah berada di barisan dua tempat duduk dari depan panggung.
Konser berlangsung dengan berisik. Berkali-kali Toma menganga melihat pemandangan di depannya. 

Memang berteriak dalam acara konser bukanlah hal baru olehnya, Toma sudah sering berteriak jika sedang menonton konser AKB48 tapi melihat sekumpulan remaja perempuan berlonjak-lonjak dan berteriak histeris menyebut nama Ryeosuke dan teman-temannya sambil menangis benar-benar menakjubkan bagi Toma.

“Miyuki-chan tak ikut melompat-lompat seperti itu?” Teriak Toma saat dilihatnya Miyuki justru masih duduk terdiam di tempatnya dengan pandangan yang tak lepas dari arah panggung.

Miyuki menggeleng sebagai jawaban dan kembali fokus dengan penampilan band Ryeosuke yang entahlah apa tadi namanya, Toma tak ingat. Suara teriakan lebih banyak didengarnya daripada suara musik dari atas panggung.

“Sudah selesai. Ayo Toma-kun temani aku ke belakang panggung.”

Toma hanya mengangguk dan mengikuti langkah sulit Miyuki menuju belakang panggung. Saat melihat Miyuki hendak terdorong kerumunan manusia yang hendak keluar, Toma dengan cepat memegang pundak Miyuki lalu kembali menggenggam erat tangannya dan membimbing Miyuki ke arah belakang panggung.

“Toma Matsuda, Miyuki Namba. Tak kusangka kalian berkencan.”

“Apa?” Toma menatap Ryeosuke tak mengerti. Dirinya baru saja memasuki ruang kecil di belakang panggung dan langsung mendapat sambutan kalimat yang tak dimengerti Toma.

“Kalian berpegangan tangan, bukankah itu artinya kalian berkencan?”

Toma menatap tangannya yang masih menggenggam erat jemari Miyuki. Langsung saja di lepasnya dan menatap Miyuki dengan tatapan tak enak. Toma baru saja menggenggam tangan Miyuki di depan Ryeosuke. Orang yang disukai Miyuki.

“Ha...ha...ha... Tidak, aku hanya membantunya supaya tak terjatuh tadi.” Kata Toma sambil menggaruk belakang kepalanya salah tingkah.

“I-iya. Ryeosuke-kun sudah berjanji padaku hari bukan?” Miyuki berbicara lirih sambil menatap Ryeosuke penuh harap. Hah, sepertinya Toma harus pulang sendirian, berada di atas kereta di malam hari apalagi cuaca sedang sangat dingin dan sendirian pula, sangat tidak menyenangkan.

“Baiklah kalau begitu, mungkin aku akan pulang lebih dulu.” Belum sempat Toma melangkah, dirasakannya sesuatu menahan tangannya. Miyuki menahannya, ada apa sebenarnya? Tidak mungkin kan, Toma ikut ke acara kencan mereka?

“Kumohon tunggu sebentar saja, aku tak mau pulang sendirian.” Ucap Miyuki memohon.

“Sebentar saja Toma, wawancara hanya sekitar dua puluh menit saja. Kau bisa menunggu di luar jika mau.” 

Kali ini Ryeosuke yang berbicara dan hanya di balas anggukan oleh Toma.

“Aku akan menunggu di luar.” Miyuki melepaskan tangannya dan memberikan senyuman terima kasih pada Toma.

Ternyata wawancara saja ya? Aku kira mereka mau pergi berkencan –pikir Toma sambil berjalan keluar gedung.

*****

Sudah lebih dari dua puluh menit tapi Miyuki belum keluar juga. Apa mungkin Miyuki sudah pergi dengan Ryeosuke dan melupakan Toma yang sudah menunggunya dari tadi? Toma tak akan memaafkan mereka jika benar itu yang terjadi. Karena ini dingin sekali.

“Toma-kun. Maaf lama menunggu.”

Toma menoleh kebelakang dan mendapati raut bersalah Miyuki padanya. Toma hanya tersenyum dan menggeleng singkat. “Tidak apa-apa. Ayo kita pulang, sudah semakin malam dan ini benar-benar dingin.”

Miyuki hanya mengangguk dan mensejajarkan langkahnya dengan Toma. Berjalan di jalanan kota yang masih ramai, maklum, bukankah hari ini malam minggu?

“Toma-kun.” Toma menoleh kesamping pada Miyuki yang menunduk dan berhenti berjalan, membuat Toma mau tak mau ikut berhenti dan berbalik mengahadap Miyuki yang masih menundukkan kepalanya dalam.

“Ya?”

“Aku... aku menyukai Toma-kun.”


Dua bola mata Toma melebar mendengar empat kata yang baru saja keluar dari mulut Miyuki. Tidak mungkin, pasti tadi Toma salah mendengar, mana mungkin Miyuki menyukainya? Ah, benar... benar... pasti saat ini Toma sedang bermimpi atau melamun? Toma menepuk pipinya keras.

“Awww...” Sakit. Toma merasakan sakit. Bahkan Toma merasakan telapak tangan halus nan dingin menyentuh pipinya yang baru saja di tamparnya. Tangan Miyuki?

“Toma-kun tak apa-apa?” Toma hanya bisa menggeleng cepat.

“Miyuki-chan menyukaiku?”

Lagi-lagi Miyuki hanya mengangguk sambil menundukkan kepalanya. Kenapa dari tadi gadis ini selalu menunduk? Apa dia takut jika melihat wajahku dia akan menyesal telah menyatakan parsaannya padaku? 

Perlahan Toma menyentuh ujung dagu Miyuki dan mengangkatnya sekedar untuk melihat wajah Miyuki saat ini. Siapa tahu nanti Miyuki akan tersadar dengan hal yang baru saja dilakukannya setelah melihat wajah Toma dengan lebih jelas. Dan Toma hanya bisa terkejut saat melihat semburat merah yang mewarnai kedua pipi putih Miyuki. Apa Toma tak salah lihat? Miyuki tengah tersipu saat ini.

“Aku menyukai Toma-kun sejak pertama kali melihat Toma-kun di lapangan sepak bola saat Toma-kun berhasil mencetak gol.”

“Wow. Jadi itu alasan kenapa Miyuki-chan mendaftarkan diri menjadi manager tem sepak bola?”
Lagi-lagi Miyuki hanya mengangguk, kenapa gadis ini sangat suka mengangguk seperti itu?

“Jadi, apa Toma-kun juga menyukaiku?”

Toma hanya bisa menggaruk belakang kepalanya bingung, pasalnya Toma benar-benar tak tahu bagaimana perasaannya terhadap Miyuki. Toma belum pernah benar-benar menyukai seseorang kecuali member AKB48 mungkin.

“Aku tidak tahu.” Jawab Toma jujur yang berimbas memudarnya semburat merah di kedua pipi Miyuki. 

“Tapi aku akan mencoba bersama Miyuki-chan. Mohon bantuannya.” Lanjut Toma dengan membungkukkan badannya pada Miyuki yang telah berganti ekspresi sedikit terkejut. Dan secepat itu pula, Miyuki ikut membungkukkan badannya pada Toma.

“Aku akan berusaha membuat Toma-kun menyukaiku.”

Toma hanya tersenyum melihat kalimat sungguh-sungguh yang diucapkan Miyuki. Setidaknya masa high Toma tak akan sepenuhnya hancur setelah ada seorang gadis manis yang menyatakan perasaannya terlebih dahulu pada Toma.

Bahkan keduanya kini berjalan dengan berpegangan tangan erat. Siapa sangka kapten team sepak bola sekolah yang dijuluki tak laku malah berkencan dengan manager team yang manis seperti Miyuki. Beruntung kau Toma.



FINN.

Unsaid

Tiba-tiba keinget sama postingan yang kamu buat di blog yang soryyy banget aku lupa namanya apa. Tapi dikit banyak inget isinya. Meskipun aku sama sekali nggak ninggalin jejak apapun atau kasih konfirmasi kalau aku udah pernah baca tulisan kamu itu.

Gimana yah? Hemm… udah hampir tiga tahun kan ya setelah hari itu di mushalla PU? Dari 2011 dan gak terasa sekarang udah 2014. Aku yakin kalau perasaan orang pasti berubah dalam kurun waktu yang gak bisa dibilang sebentar. Jalan berlubang aja sudah banyak yang ditambal dan menjadi mulus dalam selang waktu tiga tahun. Tapi ya meskipun banyak juga diantara bagian sisi jalan itu yang lagi-lagi harus kembali berlubang karena ini dan itu. Yup, ngapain jadi ngomongin jalan yah? Hehehe…

Oh iya, aku pernah ngasih kamu alasan yang konkrit soal kenapa aku milih menghindar nggak? Seingetku dulu, aku bilang kalau aku belum bisa punya perasaan suka yang tetap buat seseorang. Tapi demi… aku memang orang yang paling nggak jelas yang pernah ada. Jujur, selang setelah ada slack sama kamu, aku sempet pernah dekat sama seseorang. Tapi kamu nggak perlu tahulah… gak penting juga meskipun rada ngganjel. Kenyataan yang aku nggak tahu kamu tahu atau nggak. Aku cuma mencoba untuk jujur meskipun gak semua hal bisa aku ungkapin sama kamu.

Nggak usah ngerut kening dulu. Dia yang pernah dekat dengan saya tanpa terdeteksi siapapun bukan alasan kenapa hari itu saya bilang tidak. Nope. Bukan. Pernah ingat saat hari ulang tahun kamu itu? Sumpah malu banget mau bilang ini. Aku pernah nyiapin kado sebuah buku buat kamu. Tapi sekarang buku itu udah nggak ada sama aku dan aku kasih buat orang lain yang lebih membutuhkan. Sorry.  Dan nggak usah dibahas lagi.

Dulu aku cuma anak usia 17 tahun yang masih naïve banget. Masih suka kisah menye-menye tentang having relationship and blah blah blah. Tapi dibalik itu semua ternyata saya punya hal yang seperti apa yah… kayak cangkang yang beneran ada buat ngehalangin saya untuk bertindak lebih dan merasa aman di comfort zone saya. Eh, aku ubah pake saya aja yah ngomongnya. Hehe…

Seperti yang saya bilang, saya butuh kata-kata yang lebih dari sekedar yang gitu deeh… Bohong kalau cewek lebih milih act daripada speak karena pada dasarnya cewek butuh diyakinkan dengan kata-kata. Saya nggak mau nyalahin siapa-siapa karena saya sadar sumber dari segala masalah yang ada itu saya sendiri.

Bohong kalau dibilang saya nggak pernah suka sama kamu. Saya juga pernah sebel mendekati benci sama kamu. Saya orang yang tertutup. Saya nggak suka curhat cerita sana sini sama orang-orang tentang private life saya. Dan kamu sadar kan kalau kita berdua beda banget tentang hal yang satu itu. Karena yang saya tahu kamu itu orangnya open banget. Sampai-sampai hal paling nggak penting sekalipun bisa kamu jadikan topic untuk cerita. Tapi aku bukan orang seperti itu.

Bohong kalau saya bilang saya gak tahu apa-apa soal perasaan kamu dulu. Saya diam bukan berarti saya nggak tahu apa-apa. Kamu cerita banyak hal sama teman-teman saya tapi saya malah nggak pernah cerita apa-apa sama mereka. Saya cukup menyimpan hal yang menurut saya pribadi hanya untuk diri saya sendiri. Mungkin ada beberapa hal yang bisa saya share sama teman tapi hanya sekedar hint tanpa yang lainnya. Berarti saya jahat banget kan sama kamu? Saya sudah tahu tapi saya masih memilih diam dan menghindar. Dan disaat slack itulah ada orang yang tiba-tiba datang dan ngobrol ngalur ngidul sama saya. We just kept texting and that’s all. No chitchat. Nothing more. Tapi itu bukan hal yang bisa dibahas lagi. Saya bahkan udah nggak keep contact sama orang itu. Dan dia bukan pokok utama pembahasan tulisan ini.

Saya masih suka cowok. Seriously. Tapi saya masih susah buat suka sama orang. Maksudnya suka yang beneran suka. Selama ini saya memang gampang tertarik sama orang tapi hanya sebatas itu. Tak ada hal yang lebih atau istimewa. Mungkin karena daily life saya yang menyerap hal-hal buruk tentang hubungan laki-laki perempuan. Saya juga ingin settle down suatu saat nanti. Tapi ternyata saya sadar kalau really deep in my heart in my soul and my head just keep… apa yah… beneran nggak bisa atau mungkin saya nggak mau. Saya belum bisa untuk berbagi perhatian, berbagi waktu, dan berbagi segalanya. Saya terlalu egois untuk diri saya sendiri. Dan perasaan saya yang kayak ombak membuat saya nggak bisa melangkah lebih jauh lagi.

Saya takut jika saat itu atau saat yang lain saya meng’iya’kan atau bilang iya saya akan menjadi lebih jahat dan lebih jahat lagi. Karena saya sendiri tidak dapat memastikan bagaimana perasaan saya sendiri. Saya sendiri nggak ngerti mau sampai kapan saya bersembunyi di dalam cangkang saya. It's heartbreaking, btw.

Sepertinya tulisan ini sudah nggak focus pada apa yang sebelumnya ada dalam kepala saya. Jujur bahkan sebelum menulis saya sudah membuat kerangka-kerangka tentang bagaimana ingin menulisnya. Seperti ini seperti itu dan begitulah.. jari kalau sudah tidak sinkorn dnegan kepala dan hati. Jari memang seperti punya nyawa tersendiri. And… mungkin ini sudah terlalu panjang. Hehe… semoga tidak menimbulkan sakit hati yang lain.


Seperti yang sebelumnya saya bilang, perasaan orang dalam tiga tahun bisa berubah kan? Dan mungkin kamu juga seperti itu. So sad… saya masih dalam ombak saya sendiri. Sekali lagi, saya nggak mau membebani kamu dengan tulisan saya.

Saya selalu bilang kalau toh saya menyesal dengan perasaan saya atau dengan keputusan saya. Saya akan menyesal sendirian. I'm not worth it.